Tersipu aku melihat rinai hujan yg turun tadi pagi
Butiran lembutnya tak henti-henti mengetuk atap yg ku singgahi
Tangan ini tertadah
Menampung dalam genggaman dg harapan ia dapat ku teguk
Namun semakin aku berusaha
Ia semakin menghilang menyisir bumi
Semakin ia ingin ku rengguh
Ia tak pernah dapat puaskan dahaga ku
Kini ia berhenti
Tanpa pelangi atau pun senyum indah sang mentari
Yg tersisa kini hanya awan mendung
Terdiam dalam kelam ia isyaratkan bahwa dirinya masih di sana menunggu detik tuk kembali mengguyur
Tapi tidak dg ku
Tak ada alasan mengapa aku harus menanti sayatan petir yg mungkin akan hancurkan ku
Seperti itulah kasih mu
Seperti itulah buai mu
kau pasti mengerti
kau pasti pahami rajutan bait kata yg tersusun rapi & bisikan hati ku
Bukannya dikau tak ku sayangi
Tapi aku sudah terlalu jenuh menanti yg tak pasti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar