Minggu, 21 Juni 2015

Maafkan Q istriku.


Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepala Q masih pusing karna tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istri Q dimasukkan ke liang lahat.
Q makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak2 menangis memandangi orang2 yg menimbun tubuh ibu mereka.
Lama Q diam di pemakaman, mengingat kembali saat istri Q masih ada.
Q ingat semua dosa Q, kesalahan Q, mulut kasar Q, ketidakpedulian Q, bahkan yg paling Q ingat membiarkan dia berpikir sendiri tentang keuangan keluarga.
Q pikir saat dipemakaman adalah momen tersedih yg Q alami sepanjang hidup Q, ternyata itu belum apa2.

Banyak kepiluan2 lain yg membuat Q serasa hancur.
Mulai saat malam setelah rumah ini kosong dari pelayat, anak2 seperti tidak mau tidur tanpa ibunya.
Mereka masih menangis sesengukan.
Q hanya bisa memeluk mereka tanpa bisa menyembunyikan kesedihan diwajah Q.
Putri Q yg berusia 5 tahun beberapa kali berlari kekamar sambil memanggil ibunya.
Sepertinya dia lupa bahwa ibunya telah tiada.
Kemudian ia keluar lagi dg wajah kecewa. 
Malam berlalu tanpa Q bisa melelapkan mata sedetikpun.
Q memandangi anak2 yg tidur dg gelisah.
Sebentar2 terbangun & putra kami yg berusia 4 tahun ternyata menangis sambil melekatkan wajahnya dibantal.
Adiknya laki2 berusia 3 tahun udah tertidur, namun sesekali ngigau memanggil ibunya.
Sungguh Q tak tenang malam itu.
Rasanya rumah ini hampa.
Beberapa hari masih dg suasana yg sama, masih ada kerabat yg membantu masak & menyapu rumah hingga hari ke3.
Masih banyak tetangga yg memeluk & menguatkan anak2. 
Hingga tibalah hari yg membuat Q amat sedih.
Yaitu hari ketika mereka mulai masuk sekolah.
Pagi itu mereka semua sudah bangun, Q kebingungan, anak2 Q juga seperti bingung mau berbuat apa.
Biasanya pagi kami selalu dibangunkan, disuruh mandi & sholat, disiapkan pakaian, dibuatkan sarapan & kami berangkat dalam keadaan rapi & perut yg sudah kenyang.
Hari ini semua kami hanya diam.
Q menyuruh anak2 melihat makanan dikulkas tapi yg ada hanya bahan mentah.
Rumah yg biasanya rapi nampak berantakan.
Q pergi membeli sarapan utk kami ber4.
Saat membayar Q kaget uang 100rb tanpa kembalian.
Padahal selama ini Q memberi uang 100rb kepada istriku cukup utk makan kami sampai malam.
Kadang2 Q marah2 kalau dia minta tambahan.
Q bawa sarapan pulang & anak2 sudah menunggu dimeja makan.
Sudah jam 7.30 biasanya mereka sudah diantar kesekolah semuanya diantar istri Q berbarengan, sementara Q baru pulang beli sarapan.
Dalam hati kalau terlambat semoga dimaklumi karna habis kemalangan.
Saat mau makan Q tidak tau dimana piring & sendok, mengambilkan air & dimana letak gelas.
Saking Q yg selalu dilayani semua oleh istri.
Q makin merasa kacau saat jam sudah menuju jam 8 & anak2 belum terantar semua.
Q benar2 kehilangan seorang dewi dalam rumah kami.
Inikah yg selama ini dilakukan istri Q?
Mengapa Q selalu menganggap dia tak ada kerjaan.
Selalu menganggap sepele pekerjaan seorang ibu.
Q masih linglung ditempat kerja.
Masih banyak teman2 yg menghampiri mengucapkan belasungkawa.
Hingga Q ditelpon oleh walikelas anak Q yg masih TK katanya anak2 udah pulang tapi belum ada yg jemput, Q minta ijin pergi menjemput anak & jam 12 anak Q yg no 2 juga menelpon minta dijemput karna udah pulang.
Selama ini Q tak tau 1pun jadwal mereka.
Q hanya bekerja & tak peduli dg itu semua.
Anak Q yg besar pulang jam 2 artinya Q tak bisa kembali ketempat kerja.
Sampai disekolah anakku, Q masih melihat didepan sekolah masih ada bekas darah saat istri Q kecelakaan 3 hari lalu, kecelakaan yg serta merta merenggut nyawanya saat menjemput anak sulung Q.
Sampai dirumah anak2 nampak kelaparan, biasanya dibekali makan & yg TK katanya biasanya dijemput & lansung makan dirumah.
Baru kembali jemput abangnya setelah makan.
Ternyata Q tak tau manajemen waktu sehebat almarhumah istri Q.
Q harus kewarung makan lagi utk pergi membeli makan siang.
Begitupun nantinya makan malam.
Sehingga tidak kurang dari 300rb sampai malam.
Q berpikir ini baru 1 hari, bagaimana kalau 1 bulan.
Gajiku tidak akan cukup utk kami ber4
Malam ini anak2 juga mengingatkanku tadi mereka tidak ada yg ngaji karna tidak ada yg mengantarkan ketempat ngaji mereka.
Ya Allah Indah sekali caramu menegur Q, Begitu kacaunya hidupku tanpa istriku, keuangan makin amburadul, anak2 tak terurus, makanan favorit Q tidak ada lagi.
Rumah & tanaman seperti hilang aura karna tak ada yg merawat & membersihkan.
Q masih sempat merasa wanita diluaran lebih cantik dari istriku.
Andai Q bisa menebus apapun yg telah Q lakukan kepada istriku selama ini Q ingin memperbaikinya.
Q ingin membantunya, menyayanginya sepenuh hati & tak akan pernah berkata kasar kepadanya.
Dia begitu lelah setiap hari, tapi sepulang kerja Q masih sering membentaknya.
Saat dia minta tambahan belanja Q berkata kasar kepadanya.
Dia saat Q jadikan istri rela berpisah dg anggota keluarga besarnya, hidup susah payah & sederhana dg Q.
Maafkan Q istri Q, andai Q bisa menebus semua kesalahan Q, 1 hari saja tanpamu kami seperti anak ayam kehilangan induknya.
Berserakan. 
Saat sholat Q kembali menangis sejadi2nya.
Andai bisa kutebus, Q ingin menebus meski dg nyawa Q.
Q mau dia yg hidup menjaga anak2 & biarlah Q yg menghadap-Mu.
Ini sangat berat bagi Q apalagi bagi anak2 Q.
Demikian do'a tengah malam Q.
Q tak tega melihat pakaian anak2 yg kusut tak terurus, makan yg tak ada yg masak & Q tak tega melihat mereka kekurangan kasih sayang.
Jujur selama ini Q tak dekat dg anak2.
Mereka selalu sama ibunya.
Q hanyalah kerja, pulang, tidur & kerja lagi.
Q tak tau apa2 tentang urusan anak & rumah.
Istriku, Q berdoa semoga lelah mu jadi ibadah, semoga semua yg kau lakukan utk kami membawamu ke syurga, semoga engkau bahagia di alammu.
Kali ini Q benar2 menangis tersedu2 sambil membayangkan wajahmu.
Kau tak pernah mengeluh dg pekerjaanmu, kau tak pernah meminta sesuatu yg Q tak sanggup membelinya.
Kau jalani semua dg sabar & Q merasa belakangan jarang memperhatikanmu.
Jarang bertanya bagaimana anak2 kita, jarang bertanya bagaimana hari2mu.
Engkau ibu yg luar biasa bagi anak2 kita.
Semuanya terlihat saat engkau tlah tiada kemurungan selalu menyelimuti wajah mereka.
Mereka sering menangis, mereka sering salah memanggilmu sepulang sekolah.
Mereka sering berlari kekamar kita seolah2 engkau masih ada.
Kekasih hati Q Mengapa Q jatuh cinta padamu justru setelah engkau tiada.
Tidak akan ada yg menggantikan dirimu dihatiku.
Mengapa rasa cinta ku padamu menggebu@ saat dirimu sudah berada dipusara.
Maafkan Q istriku.
         Q
terlambat jatuh cinta padamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar