Entah keberapa kalinya, lagi-lagi harus kutumpahkan penatku
Mempontang pantingkan belaka
Yg terus mengendap dalam ayunan setiap langkahku
Mungkin trotoar & debu itu mulai bosan pada tapak sandalku
Hingga kadang hina & umpat pecundangpun kudapat
Bahkan mungkin pohon & tiang tiang itu mulai muak pada gerutuku
Ah, biarkan saja
Pada cibir caci mereka
Pada setiap kata usir mereka
Pada lontar tanya mereka
Selalu kubenamkan rayuan otak yg menyumbat ceriaku
& aku semakin tak pernah peduli
Tingkah pongkah & pelarianku
Tak jua menghujam luluhkan penatku
Apalagi hanya sederas hujan yg hanya bisa membasahi tapi tidak bisa menghardikku
Tidak juga kau, kau & juga kau
Yg hanya bisa menadah dalam kesepianku
Maaf atas jenuh yg bersarang di otak ini yg tak bisa kulembutkan,
Menjadi sedikit serpihan rasa namun berarti
Maaf atas jenuh yg menggerogoti & terus menyakiti ini
& maaf atas jenuh yg berkuasa ini membutakan hati & hilang pula kasihmu
Mempontang pantingkan belaka
Yg terus mengendap dalam ayunan setiap langkahku
Mungkin trotoar & debu itu mulai bosan pada tapak sandalku
Hingga kadang hina & umpat pecundangpun kudapat
Bahkan mungkin pohon & tiang tiang itu mulai muak pada gerutuku
Ah, biarkan saja
Pada cibir caci mereka
Pada setiap kata usir mereka
Pada lontar tanya mereka
Selalu kubenamkan rayuan otak yg menyumbat ceriaku
& aku semakin tak pernah peduli
Tingkah pongkah & pelarianku
Tak jua menghujam luluhkan penatku
Apalagi hanya sederas hujan yg hanya bisa membasahi tapi tidak bisa menghardikku
Tidak juga kau, kau & juga kau
Yg hanya bisa menadah dalam kesepianku
Maaf atas jenuh yg bersarang di otak ini yg tak bisa kulembutkan,
Menjadi sedikit serpihan rasa namun berarti
Maaf atas jenuh yg menggerogoti & terus menyakiti ini
& maaf atas jenuh yg berkuasa ini membutakan hati & hilang pula kasihmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar